Senin, 19 Oktober 2015

Adat Istiadat Kebudayaan Betawi

ADAT ISTIADAT BUDAYA BETAWI

1.1  Suku Betawi
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di DKI Jakarta.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
Namun pihak lain berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu ternyata tidak sepenuhnya benar karena eksistensi suku Betawi menurut sejarawan Sagiman MD telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum, penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura. [1] Pendapat Sagiman MD tersebut senada dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya “Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)” mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 – 3000 sebelum masehi.
Namun menurut sebagian Peneliti yang sepaham dengan Lance Castles yang pernah meneliti tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University dikatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Pada penelitiannya Lance Castles menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu :
  1. Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia.
  2. Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
  3. Catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
  4. Sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.
Dimana semua sketsa sejarahanya dimulai pada tahun 1673 (Pada Akhir Abad ke 17), sketsa inilah yang oleh sebagian ahli lainnya dirasakan kurang lengkap untuk menjelaskan asal mula Suku Betawi dikarenakan dalam Babad Tanah Jawa yang ada pada abad ke 15 (tahun 1400-an Masehi) sudah ditemukan kata “Negeri Betawi”
1.2   Sejarah Suku Betawi Jakarta
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata “Batavia,” yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.
Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab dan Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

1.3  Terbentuknya Kebudayaan Suku Betawi Jakarta
Kebudayaan suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta. Kebudayaan suku Betawi terbentuk akibat akulturasi (pencampuran) berbagai kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Karena sikap keterbukaan orang Betawi dan penghargaan tinggi terhadap perbedaan juga turut mempercepat akulturasi tersebut. Karena akulturasi itu, kebudayaan suku Betawi dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruh kebudayaan-kebudayaan asal yang membentuknya, yaitu :
  •  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Arab dan Melayu, seperti alat musik Samrah, Rebana dan Marawis.
  •  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Cina, seperti tari Yapong, Lenong, tari Cokek, Gambang Kromong, dan Topeng Betawi.
  •  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Portugis dan Belanda, seperti Keroncong Tugu dan Tanjidor.
Kebudayaan suku Betawi bisa jadi menjadi kebudayaan terkaya di Indonesia. Mengingat akulturasi pada suku ini sangat banyak. Tidak mengherankan jika kebudayaan suku Betawi dapat menarik minat pendatang untuk tinggal di Jakarta untuk berlangsungnya kebudayaan Betawi secara turun-temurun.
1.4   Kebudayaan Suku Betawi dalam seni musik
Gambang Kromong
Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi,  Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan  Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong.
Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.
Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut.
Pada tahun 70-an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas “Panjak” Betawi legendaris “Si Macan Kemayoran”, Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji’ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau “kriya’an” yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya’at.
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan musik ini menjadi “terengah-engah” antara hidup dan mati (dalam tabel yang dibuat Yahya AS termasuk dalam kondisi “sedang”). Musik ini hanya terdengar di antara bulan Juni saja, yaitu sewaktu hari ulang tahun Jakarta. padahal tanggal dan tahun kelahiran kota jakarta saja belum jelas pastinya. Itupun di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya.
Diperlukan pembinaan dan pelestarian berkelanjutan seni musik Gambang Kromong ini, khususnya bagi generasi muda Betawi. Kepedulian generasi muda Betawi terhadap keseniannya (seni musik dan seni silat) hendaknya harus melebihi generasi muda di daerah lainnya, karena keberadaan etnis Betawi itu sendiri yang berada di ibu kota Jakarta sebagai etalase kebudayaan Indonesia.
1.5   Kebudayaan Suku Betawi dalam seni teater
Lenong Betawi 
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk. Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda. Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari kesenian ini cukup banyak. Sebut saja H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai Mandra. Namun tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T (Bang Nasir).
1.6   Kebudayaan Suku Betawi dalam seni tari
Tari Yapong
Tari Yapong ialah tari yang aktraktif yang para penarinya menggunakan pakaian merah mencolok bernuansa Cina dengan konde yang khas mengerucut diatas kepala. Musik pengiringnya adalah musik-musik perkusi yang dinamis dan meriah. Dalam tradisi kebudayaan suku Betawi, tarian ini biasa dibawakan pada pertemuan resmi, seperti penyambutan tamu kehormatan dan pembukaan suatu kegiatan.

1.7   Kesenian Suku Betawi Ondel-Ondel
Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bambu tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.
Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen. Pendukung utama kesenian ondel-ondel adalah petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu, tergantung dari  masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diiringi Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota metropolitan Jakarta.
sumber :
 http://damayantilinda.blogspot.com/2012/07/ciri-khas-kebudayaan-betawi_04.html#ixzz2X7DbMkNH
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi

Makanan Khas Betawi

  Makanan Khas Betawi



1. Kerak Telor.

 Penampilan dari Kerak telor sederhana saja. Di atas kertas pembungkus makanan (yang biasaya berwarna coklat dan tahan air itu; biasa dipakai oleh rumah makan padang untuk membungkus makanannya), Kerak telor digulung layaknya gulungan Kebab (yang merupakan makanan dari Timur Tengah) sehingga kita mudah membawanya pergi. Setelah gulungan dibuka maka akan tampak kerak telor yang dimaksud. Yaitu nasi yang dicampur dengan bumbu-bumbu dan telor (ada dua pilihan, mau telur ayam atau telur bebek. Telur bebek is the best), setelah itu dimasak di atas kuali kecil di atas bara hingga menjadi kerak.
gambar diambil dari sini
Cara memasaknya amat unik. Karena kuali tersebut bukan Cuma dipanggang di atas tungku arang dimana bagian pantat panci di bagian bawahnya saja tapi bagian atas panci (dimana kerak telur berada) juga akan dibalik hingga bagian pantat panci menghadap ke atas dan makanannya menghadap ke bara. Unik kan (info gak penting: saya pernah mempraktekkannya dan ternyata kerak telor saya jatuh menimpa kompor.. hahaha. Jadi kalo gak jago-jago amat masaknya, mending beli sepertinya ketimbang bikin sendiri. Sekalian melestarikan budaya kerak telor juga).

gambar diambil dari sini
Setelah matang, maka kerak telor itu akan ditaburi dengan bawang goreng dan serundeng.

gambar diambil dari sini
2. Kue Rangi. 
Ini juga makanan asli Betawi. Terbuat dari tepung beras (beras putih yang ditumbuk halus. Konon, jika memakai tepung beras yang sudah jadi hasilnya malah kurang enak) lalu adonan tepung beras tersebut dipanggang di atas cetakan berbentuk setengah lingkaran di atas api kecil. Setelah matang, kue diangkat dan dimakan dengan lelehan air gula merah yang berwarna coklat dan pekat. 
Rasanya gurih dan manis.
gambar diambil dari sini
3. Asinan Betawi. 
Apa bedanya asinan betawi dengan asinan bogor? Saya pernah menanyakan ini pada penjual asinan betawi. Jawaban mereka: asinan betawi yang jual orang betawi sedangkan asinan bogor yang jual orang bogor. Hahahaha... what a silly answer?
Oke. Dari hasil gugling, ternyata asinan betawi itu personilnya adalah sayur-sayuran yang diasinkan (kol, sawi, wortel) lalu diberi bumbu kacang (saus kacang yang juga diberi cuka dan rasanya sedikit asin gurih manis), lalu ditaburi kerupuk kuning. Sedangkan asinan bogor hanya terdiri dari buah-buahan saja, yang diasinkan dan disuguhkan bersama dengan kuah tempat buah-buahan tersebut diasinkan.
Lalu, kenapa di Bogor juga dijual asinan yang mirip asinan Betawi hingga sulit dibedakan itu asinan bogor atau asinan betawi? Karena, orang betawi sudah banyak yang tersingkir dari kota Jakarta dan mereka bermigrasi ke daerah pinggiran Jakarta, terbanyak tinggal di daerah Bogor dan sekitarnya. Nah, otomatis mereka membawa serta budaya mereka, termasuk makanan khas mereka. Jadilah tertukar-tukar dan menyerupai wisata kulinernya.
gambar diambil dari sini
4. Kue talam.
 Kue ini terbuat dari tepung beras ketan yang dimasak dengan santai dan gula lalu dikukus. Setelah jadi rada-rada lengket memang tapi enak banget.
Nah, saya akan memberi tips cara memotong kue tersebut: yaitu dengan cara: bungkus pisau kita dengan plastik. Lalu potong deh kuenya. Dijamin deh insya Allah pisau tidak ikut lengket dan kuenya juga lebih mudah dipotongnya.
gambar diambil dari sini
Sekarang, karena sudah banyak terdapat cetakan kue yang bisa dikukus maka pembuatan kue talam bisa dibuat sesuai dengan bentuk-bentuk cetakan kue yang mungil-mungil. Jadi tidak perlu repot memotongnya lagi. 
5. Gado-gado.
 "Vegetarian food from Indonesia", itulah nama yang terkenal dari gado-gado di luar negeri. Gado-gado, dimana semua personil di dalam makanan tersebut tidak ada unsur hewaninya, memang terkenal dikalangan pecinta kuliner Vegetarian di luar negeri. Pembuatannya yang sederhana juga semakin membuat makanan ini diakui sebagai "mixed vegetables from indonesia". Itu sebabnya, satu-satunya makanan yang selalu ada di buku kuliner manca negara ya Gado-gado ini. Baik mereka yang vegetarian maupun non vegetarian suka dengan makanan ini.
gambar diambil dari sini
6. Soto Betawi. 
Soto Betawi ini sejarahnya adalah makanan yang disuguhkan untuk menyenangkan hati para Meneer Belanda di jaman penjajahan belanda dulu. Mereka ingin memakan kuliner sejenis gulai tapi tidak mau sesuatu yang pedas dan terlalu berbumbu (too spicy). Akhirnya, dibuatlah soto Betawi ini, bumbunya tidak pedas tapi gurih. Personil makanan ini hanya terdiri dari daging (bisa ayam, bisa sapi), kentang, dan daun bawang. Keistimewaannya adalah: kuahnya aslinya bukan dari santan seperti yang sekarang beredar, tapi dari susu sapi murni. Hanya saja dalam perkembangannya, susu sapi ini (mungkin karena mahal) diganti dengan santan dari kelapa.
Info gak penting dariku: saya sendiri mengganti santan dengan susu kedelai; atas pertimbangan untuk mencegah kolesterol.
gambar diambil dari sini
7. Kue Cente Manis. 
Kue yang dikukus dengan bahan yang terbuat dari tepung hunkwe, santan, gula, dan bulir cente manis alias sagu mutiara yang sudah matang. Mereka dibungkus dalam bungkus plastik lalu dikukus.
gambar diambil dari sini
8. Kue kembang goyang. 
Lihat deh bentuknya, mirip kembang goyang kan? Itu sebabnya kue ini disebut kue kembang goyang.

gambar diambil dari sini
9. Getuk Lindri. 
Ini jenis makanan yang terbuat dari singkong yang diparut halus, dikukus setelah dicampur dengan gula, lalu dipotong-potong dengan pisau bergalur khusus. Disajikan dengan parutan kelapa yang sudah dikukus dan diberi garam. Getuk Lindri juga bisa ditemukan di beberapa daerah di Jawa. Bisa jadi, ini bukan asli Betawi tapi budaya kuliner Jawa yang dibawa oleh para migran ke BEtawi tempo dulu. Entahlah.
gambar diambil dari sini
10. Roti Gambang. 
Hayooo... sudah pernah dengar makanan ini belum? Ini makanan yang nyaris punah sebenarnya. Waktu saya kecil banyak dijual orang tapi sejak banyak orang betawi yang migrasi ke luar kota Jakarta, sudah jarang saya lihat warung-warung menjual makanan ini.
Roti gambang sebenarnya sejenis dengan kue  bolu, hanya saja bedanya dia tidak memakai gula putih tapi memakai gula merah sebagai pemanis makanannya. Jadilah akhirnya warnannya coklat seperti gula merah.
gambar diambil dari sini
11. Roti Buaya. 
Di sungai Ciliwung itu, yang sekarang sering meluap airnya di musim hujan dan bikin banjir dimana-mana, dulu waktu saya kecil banyak buayanya sebenarnya. Ada buaya biasa, ada juga buaya putih alias albino (buaya darat gak ada alhamdulillah di dalam sungai Ciliwung meski sebenarnya akan lebih baik semua buaya darat dibuang ke sungai CIliwung saja ya hehehe). Begitu banyaknya buaya yang hidup di sungai CIliwung sejak jaman dahulu, sehingga akhirnya Masyarakat Betawi menaruh rasa hormat pada binatang melata tersebut. Mereka selalu berharap bahwa tidak ada keturunan mereka yang suatu hari nanti akan mati diterkam buaya. Tapi mereka juga berharap agar keturunan mereka bisa hidup penuh wibawa, kekuatan dan kharisma seperti halnya buaya. Akhirnya, dibuatlah roti berbentuk buaya dan roti ini menjadi syarat yang harus ada dalam sebuah hantaran di upacara pernikahan adat Betawi.

Dalam perkembangannya, jika dulu roti buaya hanya roti manis biasa, sekarang roti buaya ada pilihan rasa di dalamnya. Ada roti buaya isi keju, coklat, coklat-keju. Dan waktu adik saya menikah dulu (dia menikah dengan orang dari Betawi), seserahan yang kami berikan adalah roti buaya dalam bentuk keluarga buaya, jadi ada ayahnya, ibunya, dan dua orang anak mereka. Lucu ya.

gambar roti buaya yang ada di hantaran lamaran diambil dari sini
12 & 13. Nasi Ulam dan nasi uduk. 
Sengaja saya menyatuhkan nomor ini karena keduanya adalah jenis makanan yang selalu tersedia di pagi hari. Jika tinggal di Jakarta, nasi uduk dan nasi ulam adalah pilihan makanan untuk sarapan yang banyak dijual di setiap sudut kota Jakarta. Perbedaan keduanya: nasi ulam adalah nasi putih biasa, yang disajikan dengan lalap mentah daun kemangi, toge dan kol, lalu ditaburi dengan parutan kelapa yang sudah diberi bumbu pedas. Sedangkan nasi uduk adalah nasi putih yang dimasak dengan kuah santan sehingga nasinya sedikit "berisi dan sudah ada rasanya", disajikan dengan bawang goreng. Baik nasi uduk maupun nasi ulam disajikan dengan kerupuk.
Jika dikehendaki, keduanya bisa diberi lauk tambahan seperti semur jengkol, gorengan tempe atau tahu atau ayam, atau balado telur, atau bihun goreng. Pilihan sambalnya adalah sambal kacang.
gambar nasi ulang diambil dari sini
gambar diambil dari blog yang sama yaitu disini
 
14. Es Selendang Mayang. 
Warna merah yang dihasilkan oleh pewarna makanan di adonan tepung beras yag dicampur dengan air santan ini memang jika diperhatikan mirip dengan selendang yang melayang di atas awan. Mirip selendang para bidadari yang turun dari kahyangan dan selendangnya melayang-layang di atas awan. Itu sebabnya diberi nama selendang mayang.

Jadi, es itu penampakannya adalah: kue talam beras dengan bagian warna merah di atasnya dan bagian putih di bawahnya, dipotong tipis-tipis dengan pisau bambu (kenapa pisau bambu: karena biar bekas kue yang menempel di badan pisau tidak lengket dan mengeras. Kalo di pisau bambu lebih mudah membersihkannya, cukup direndam dengan air saja pisaunya, bersih deh. Tapi kalo pisau stenlis direndam di air, bisa-bisa jadi tumpul pisaunya). Setelah diiris tipis maka irisannya dimasukkan ke dalam santan cair yang sudah diberi sirup dan es batu. SLurruupp. mantap.


15.  Semur Jengkol. 
Kata orang sih enak. Tapi saya tidak mau makan jengkol jadi saya tidak tahu rasanya. Setiap kali melihat celoteh orang tentang Jengkol, saya jadi semakin yakin bahwa pilihan saya untuk tidak mengkonsumsi Jengkol benar. Jengkol itu meski bentuknya kecil tapi bisa menyebabkan air kencing kita baunya minta ampun. Begitu juga dengan keringata dan bau mulut. Jadi menurut saya hukumnya menjadi makruh dalam Islam. Jadi, buat saya pribadi sih lebih baik saya menghindari untuk memakannya.

gambar diambil dari sini
16. Bir Bletok. 
  Jangan takut, meski namanya bir, tapi ini bukan bir beneran. Ini adalah minuman yang diaduk dengan es di dalam bambu hingga suaranya berisik (terdengar bletok-bletok gitu). Rasanya sendiri, manis dan sedikit pedas, mirip rasa bir (katanya). Akhirnya, diberi nama bir bletok.

Asal muasalnya, karena dahulu orang Belanda yang menjajah Betawi punya kegemaran minum bir jika sedang kumpul-kumpul di malam hari. Lalu, untuk menyenangkan hati mereka maka dibuatlah sebuah minuman yang memiliki fungsi yang sama dengan bir yaitu menghangatkan badan tapi versi tidak ada alkoholnya. Rasa hangat diperoleh dari jahe. MInuman ini diminum dengan gelas dari bambu. Nah, beraduya bambu dan es inilah yang menimbulkan suara bletok.
gambar diambil dari sini


17. Es doger. 
Sering lihat es ini? Saya belum menemukan asal muasal kenapa disebut es doger tapi ini juga makanan yang berasal dari betawi.Tapi es ini asli dari betawi. Sekarang es doger sudah merambah ke mana-mana. Hampir di semua acara perhelatan selalu tersedia pilihan menu es doger.
gambar diambil dari sini

18. Kue cincin. 
Hei...hei... ini kue jaman saya masih kecil dulu. Cara memakannya, yaitu dengan cara memasukkannya ke dalam jari seperti memakai cincin. Hahaha. Gak, ini khayalan kanak-kanak saya dahulu (saya dan teman-teman memang begitu cara memakan kue ini). Kue ini diberi nama kue cincin karna bentuknya yang mirip cincin. Bukan cincin emas yang ramping seperti sekarang tapi cincin yang dipakai oleh encim-encim China jaman dahulu di Betawi sini. Yaitu cincin dengan body tebal karena cincin ini terbuat dari batu giok dan sejenisnya.


gambar diambil dari sini
19. Putu. 
Jika ke Jakarta dan tinggal di tengah-tengah perkampungannya atau di tengah komplek (sama juga bohong soalnya kalau tinggalnya di apartemen atau hotel), di sore menjelang malam biasanya akan terdengar suara seperti suara televisi yang siarannya sudah selesai . "NGUNGGGGGGG." Nah, itulah suara penjual kue putu yang sedang keliling mengedarkan dagangannya. Suara unik yang dia hasilkan itu berasal dari uap air yang disumbat dan hanya diberi celah kecil dari sumbatan yang terbuat dari bambu tersebut. Hasilnya, uang air yang tersumbat itupun akan keluar sedikit demi sedikit dan tekanan udaranya menimbulkan suara berdengung yang cukup keras. Kue putu sendiri adalah kue yang dikukus dalam sebuah bilah bambu lalu dimakan dengan taburan parutan kelapa.
gambar diambil dari sini

Sabtu, 10 Oktober 2015

Kesenian Betawi

KESENIAN BETAWI

Keberadaan budaya Betawi, termasuk kesenian tradisionalnya dalam beragam bentuk seperti tari-tarian, teater, nyanyian, musik, dan sebagainya, merupakan aset wisata yang eksotik. Sudah sepatutnya berkembang sebagaimana kesenian tradisional dari etnis lain.
Tak sedikit tim kesenian dari Indonesia yang diwakili Betawi pentas keliling dunia, mendapat sambutan luar biasa di berbagai manca negara. Sementara di Tanah Airnya sendiri seolah kurang mendapat tempat. Bahkan regenerasinya pun acap mengalami kendala.
Saat ditemui di kediamannya, kawasan Cipayung Jakarta, Mpok Nori, salah seorang generasi senior kesenian tradisional Betawi, mengungkapkan bahwa saat ini kesenian yang digelutinya tak sepopuler tahun 70-80-an saat keemasan karirnya.
Kendalanya, selain besarnya pengaruh globalisasi, generasi muda Betawi juga sangat sedikit yang mau mempelajari sekaligus meneruskan kesenian tradisi mereka.
Nah, supaya kita lebih mengenal apa saja budaya Betawi dalam bentuk kesenian tradisional tersebut? Nyok kite kenal lebih jauh…
1. ONDEL-ONDEL
Entah mengapa diberi nama Ondel-ondel. Yang pasti, setiap ada gelaran hajatan di kalangan warga Betawi, arak-arakan ondel-ondel seperti tak pernah ketinggalan. Baik hajatan besar maupun sekedar pesta sunat anak.
Boneka besar setinggi sekitar 2 meter tersebut memang dipercaya sebagai simbol nenek moyang yang menjaga anak-cucunya yang masih hidup. Dengan kata lain, ondel-ondel juga dipercaya untuk mengusir roh jahat setiap ada hajatan. Bagian wajah berupa topeng (disebut kedok), sementara rambut kepalanya dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Keberadaan ondel-ondel yang kerangkanya dibuat dari bambu itu saat ini sudah mulai bergeser. Kadang hanya digunakan sebagai pajangan di kantor-kantor, hotel-hotel, atau tempat-tempat umum setiap bulan Juli tiba.
2. GAMBANG KROMONG
Setiap mendengar gambang kromong ingatan kita langsung tertuju pada musik khas Betawi. Tapi sejarah musik ini awalnya dipengaruhi beberapa unsur musik Cina, yaitu dengan digunakannya alat musik gesek berupa kongahyan, tehyan, dan skong.
Sementara alat musik asli pribumi dalam gambang kromong berupa gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pimpinan golongan Cina yang bernama Nie Hu-kong.
Tak heran, sebuah grup gambang kerap memainkan lagu-lagu Cina yang biasanya dibawakan secara instrumental. Konon, sekitar abad ke-delapan belas warga Batavia (Jakarta) sangat menyukai permainan musik, lantaran itulah tidak sedikit peranakan Tionghoa yang menggabungkan permainan bermacam-macam alat musik dikolaborasikan dengan tari-tarian cokek.
3.LENONG BETAWI
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan.
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk.
Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda.
Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari.
Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari kesenian ini cukup banyak. Sebut saja H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai Mandra. Namun tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T (Bang Nasir).
4. TANJIDOR
Selain mendapat pengaruh dari budaya Cina, kesenian Betawi dipengaruhi oleh beragam budaya dari Eropa. Orkes Tanjidor, misalnya, mulai ada sejak abad ke-18. Konon salah seorang Gubernur Jenderal Belanda, Valckenier menggabungkan rombongan 15 orang pemain alat musik tiup Belanda dengan pemain gamelan, pesuling Cina, dan penabuh tambur Turki untuk memeriahkan pesta.
Tak heran, secara sepintas, bunyi orkes Tanjidor sangat mirip dengan lagu-lagu dalam kelompok marching band, tapi lagu-lagu barat berirama imarsi maupun wals yang dimainkan oleh para pemain tanjidor sudah sulit dilacak asal-usulnya, mengingat sejak awal keberaadannya dikembangkan sesuai selera sekaligus kemampuan ingat para juru panjaknya dari generasi ke generasi.
Sampai saat ini, Tanjidor masih ditampilkan untuk menyambut tamu, memeriahkan arak-arakan atau mengiringi pengantin. Namun dalam perayaan HUT Jakarta biasanya ditampilkan sebagai salah satu peserta festival. Menyebut Tanjidor, tampaknya identik dengan tokohnya, Marta Nya’at.
5. KERONCONG TUGU
Pernah dengar keroncong tugu? Ini adalah musik Betawi yang banyak mendapat pengaruh dari budaya Barat khususnya dari Eropa Selatan. Sejak abad ke-18 musik ini berkembang di kalangan warga Tugu, mereka adalah masyarakat Jakarta keturunan Mardijkers atau bekas anggota tentara Portugis yang dibebasin dari tawanan Belanda. Setelah memeluk agama Kristen, mereka ditempatkan di Kampung Tugu, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Di kampung tersebut, terdapat gereja yang dibangun tahun 1600-an.
Musik keroncong tugu sendiri biasanya dibawakan oleh warga Tugu sejak tahun 1600-an setiap malam bulan purnama, sambil bergerombol menikmati malam bulan purnama di pinggir sungai, ataupun dibawakan untuk mengiringi lagu-lagu gereja dalam acara kebaktian. Alat-alat musik keroncong tugu sejak awal dilahirkan terdiri dari keroncong, biola, ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
6. ORKES GAMBUS
Budaya Timur Tengah ternyata juga memiliki pengaruh kuat dalam khasanah Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai saat ini di seantero Jakarta terdapat puluhan grup orkes gambus. Orkes ini biasanya ditampilkan di acara pesta perkawinan untuk mengiringi para penyanyi gambus baik laki maupun perempuan. Mereka biasanya membawakan lagu-lagu gambus dengan lirik religius maupun lagu-lagu cinta berbahasa Arab.
Agar lebih semarak, saat musik gambus sedang dimainkan, biasanya ada beberapa penari zapin yang terdiri dari beberapa orang laki-laki. Walaupun dalam perkembangannya, terkadang juga melibatkan beberapa penari perut (belly dancer) perempuan sebagai daya tarik. Mungkin lantaran grup musik gambus selalu identik dengan pesta pernikahan warga etnis Betawi, grup musik gambus masih tumbuh subur di Jakarta, lantaran peminatnya masih saja ada.
Bahkan beberapa artis gambus kerap lahir lantaran jam terbangnya dari pesta ke pesta cukup/sangat tinggi. Salah seorang tokoh musik gambus di Jakarta, Munif Bahaswan, mengakui, dibanding musik dangdut, musik gambus kurang diminati di luar etnis Betawi, Arab dan India.
7. REBANA
Selain musik gambus, masih ada musik Betawi yang dipengaruhi budaya Timur Tengah. Musik rebana misalnya, adalah musik khas Betawi yang bernafaskan Islam. Macam musik rebana sendiri demikian banyak, digolongkan sesuai alat musik maupun syair-syair yang dibawakan oleh para pemain musiknya.
Jenis-jenis musik rebana, misalnya rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana dor juga rebana biang. Biasanya, musik rebana (khususnya rebana biang) digunakan untuk memeriahkan pesta maupun arak-arakan. Tokoh rebana adalah H. Abdul Rahman.
8. ORKES SAMRAH
Orkes samrah adalah kesenian Betawi dalam bentuk orkes yang mendapat pengaruh suku Melayu. Lagu-lagu yang biasa dibawakan dalam ini adalah lagu-lagu jadul (jaman dulu), seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, juga lagu Cik Minah. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain.
Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari Samrah. Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan, dengan gerakan tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat. Tak heran, dalam silat Betawi juga dikenal beragam gerak yang lemah gemulai. Tokoh dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabni.
9. TARI SILAT
Tari silat adalah tarian yang keseluruhan gerakannya diambil dari gerak pencak silat. Tari ini diiringi oleh tetabuhan khusus yang disebut gendang pencak, gambang kromong, gamelan topeng dan lain-lainnya. Di kalangan masyarakat Betawi sendiri dikenal bermacam aliran silat, sebut saja aliran Kwitang, aliran Tanah Abang maupun aliran Kemayoran.
Sementara gaya dalam tari silat yang paling terkenal disebut gaya seray, gaya pecut, gaya rompas serta gaya bandul. Tari silat Betawi sendiri menunjukkan aliran atau gaya yang diikuti oleh masing-masing penari. Selain tari silat, Betawi juga memiliki banyak tari-tarian lain.
10. TARI TOPENG
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi.
Dalam topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik, tari dan teater. Tarian dalam topeng betawi inilah yang disebut tari topeng. Salah seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya tari topeng hingga ke manca negara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand.
11. TOPENG BETAWI
Budaya Sunda ternyata juga mempengaruhi budaya Betawi. Salah satunya dalam kesenian Topeng Betawi, yaitu teater rakyat Betawi yang sangat digemari oleh masyarakat etnis Betawi sebab dapat digunakan untuk menyampaikan kritik sosial. Salah satu lakon topeng Betawi yang terkenal berjudul Bapak Jantuk.
Lakon ini mengandung banyak petuah seperti nasehat-nasehat tentang kehidupan berumah tangga. Dalam teater ini digunakan musik pengiring yang disebut gamelan topeng. Salah seorang tokoh budaya Betawi dalam bidang Topeng Betawi, adalah Mpok Nori.
12. WAYANG BETAWI
Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan Sunda adalah wayang. Namun demikian, pengaruh Sunda lebih tampak dalam kesenian ini. Mungkin secara geografis memang lebih dekat. Misalnya dalam hal penggunaan bahasa. Dalam wayang digunakan bahasa Betawi campur Sunda.
Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang: Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang Bonang), serta Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya, wayang Betawi mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di dunia pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam Sunda).
Musik iringan dalam wayang Betawi sama halnya dengan gamelan topeng, berupa musik gamelan Sunda campur Betawi, dengan ciri khas alat musik tehyan (sebagai ciri khas Betawi) yang disebut gamelan ajeng.